Sabtu, 16 Mei 2009

Pertunjukkan Ini...


Teater Salihara, Pasar Minggu.

Ketika tirai sudah di buka, dan perlengkapan telah dipersiapkan di sisi panggung. Para kru menunggu aba-aba untuk menaruh peralatan. Sesaat sebelum pertunjukkan di mulai.

Mungkin kau pikir aku berusaha untuk mencari perhatian. Di tengah gairah yang kutunjukkan. Tapi, aku serius.

Kedua pemain telah duduk di bangku panggung. Penonton duduk dan menunggu mereka..

Saat kau letakkan tubuh itu di atas bangku penonton. Aku telah tenggelam. Atau ingin kutenggelamkan diriku dalam dunia ini. Kumohon, jangan rebut waktu dan duniaku. Aku mencintainya, Tuhan. Maka, kuasah pikiranku untuk bisa menyampaikan apa yang perlu kuberitakan pada kalian. Otak ini telah tanpa sengaja menjadi suatu mesin ketik dengan sendirinya.

Lampu gelap, dan pemain mulai berdialog satu sama lain.

Kugemulaikan badanku. Kuasah pikiranku. Aku ikut berkata-kata dalam dialog yang kalian lontarkan. Aku ikut menari dalam gerak tubuh yang kalian kreasikan. Hatiku sama bersemangat seperti kalian, dalam gelap dan pekat, semua yang membayang tak lagi berupa bayangan.

Jika, kau pikir aku berusahan untuk mencari perhatian. Tidak. Karena hiduplah yang menarik perhatianku. Di sinilah aku berdiri. Jujur untuk menghargai minatku sendiri.

Penari keluar dari sisi panggung. Berjingkat-jingkat. Menarikan suatu persembahan penutup. Konsentrasi puncak memberikan suguhan yang tetap terbaik meski dalam akhir acara.

Sama halnya denganku. Pertunjukkan masih belum usai saat ini. Aku juga masih mencari jawaban atas pertanyaan, “masih adakah cinta antara kita?”

Kuningan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar